RESUME
PENGELOLAAN LABORATORIUM
“PENATAAN
LABORATORIUM”
Nama
: Bs. Dita Fitri
Nim
: A1C317054
Kelas
: Reguler A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
A. Pengertian
Laboratorium
Secara
etimologi kata “laboratorium” berasal dari kata Latin yang berarti “tempat
bekerja” dan dalam perkembangannya kata “laboratorium” mempertahankan kata
aslinya yaitu “tempat bekerja”, akan tetapi khusus untuk keperluan penelitian
ilmiah (Kertiasa, 2006: 1).
Di
bawah ini dikutip pengertian laboratorium menurut beberapa ahli di antaranya:
Menurut
Poerwadarminta (2014: 643), dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan bahwa:
Laboratorium adalah tempat untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dan
sebagainya) segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan
sebagainya. Sedangkan laboran adalah orang (ahli ilmu kimia dan sebagainya)
yang bekerja di laboratorium.
Menurut
Assidiq (2008: 391), dalam kamus Biologi, laboratorium adalah ruang kerja
khusus untuk percobaan-percobaan ilmiah yang dilengkapi dengan peralatan
tertentu. Menurut Rustaman (2005: 137), Laboratorium adalah suatu tempat
percobaan dan penyelidikan dilakukan. Dalam pengertian sempit, laboratorium
sering diartikan sebagai ruang atau tempat yang berupa gedung yang dibatasi
oleh dinding dan atap yang di dalamnya terdapat sejumlah alat dan bahan
praktikum.
B. Alat
Dan Bahan
Pengenalan
terhadap peralatan laboratorium merupakan kewajiban bagi setiap petugas
laboratorium, terutama mereka yang akan mengoperasikan peralatan tersebut.
Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi:
1. siap untuk dipakai
(ready for use)
2. bersih
3. berfungsi dengan
baik
4. terkalibrasi
Peralatan
yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk pengoperasian (manual
operation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan, dimana buku
manual merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya. Teknisi laboratorium yang
ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan
dioperasikan ada kemungkinan alat tidak berfungsi dengan baik. Beberapa
peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu,
berupa rak atau meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk melakukan suatu
kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu.
Karenanya alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat
digunakan. Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan
penggunaannya. Setelah selesai digunakan, harus segera dibersihkan kembali dan
disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberi penutup (cover)
misalnya plastik transparan, terutama bagi alat-alat yang memang memerlukannya.
Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya
dapat merusak alat yang bersangkutan.
a. Alat-alat gelas
(Glassware)
Alat-alat
gelas harus dalam keadaan bersih, apalagi peralatan gelas yang sering dipakai.
Untuk alat-alat gelas yang memerlukan sterilisasi, sebaiknya disterilisasi
sebelum dipakai. Semua alat-alat gelas ini seharusnya disimpan pada lemari
khusus.
b. Bahan-bahan kimia
Untuk
bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya ditempatkan pada
ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan gas-gas yang mungkin timbul). Demikian
juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan,
agar udara/uap yang ada dapat terhembus keluar. Bahan-bahan kimia yang
ditempatkan dalam botol berwarna coklat/gelap, tidak boleh langsung terkena
sinar matahari dan sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c. Alat-alat optik
Alat-alat
optik seperti mikroskop harus disimpan pada tempat yang kering dan tidak
lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lensa berjamur. Jamur ini yang
menyebabkan kerusakan mikroskop. Sebagai tindakan pencegahan, mikroskop harus
ditempatkan dalam kotak yang dilengkapi dengan silica-gel, dan dalam kondisi
yang bersih. Mikroskop harus disimpan di dalam lemari khusus yang kelembabannya
terkendali. Lemari tersebut biasanya diberi lampu pijar 15-20 watt, agar ruang
selalu panas sehingga dapat mengurangi kelembaban udara (dehumidifier-air).
Alat-alat optik lainnya seperti lensa pembesar (loupe), alat kamera,
microphoto-camera, digital camera, juga dapat ditempatkan pada lemari khusus
yang tidak lembab atau dalam alat desiccator.(Suyanta, 2010).
A. Penataan
Alat dan Bahan
Penataan
(ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium agar
tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan
keteraturan dalam penyimpanan (storing) maupun kemudahan dalam pemeliharaan
(maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu
memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah
dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan
dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat
laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah
dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak
terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi
alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan.
Di laboratorium
terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa contoh
penataan fasilitas umum lab sudah dikemukakan sebelumnya, pada bagian ini
pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya
adalah :
1. Fungsi alat, apakah
sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan bahan kimia saja
2. Kualitas alat
termasuk kecanggihan dan ketelitian
3. Keperangkatan
4. Nilai/ harga alat
5. Kuantitas alat
termasuk kelangkaannya
6. Sifat alat termasuk
kepekaan terhadap lingkungan
7. Bahan dasar penyusun
alat, dan
8. Bentuk dan ukuran
alat
9. Bobot / berat alat
Pada praktisnya untuk
melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara mutlak
menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik
disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidakmutlakan
dalam menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak
sekali dalam mata pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam lab
fisika penataan alat seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan
seperti alat-alat untuk percobaan listrik, magnet, optik, panas, cahaya dst.
Demikian untuk alat-alat biologi dikelompokkan secara khas pula seperti
penataan untuk alat-alat genetika, ekologi, fisiologi juga ada model, awetan,
gambar dst. Kembali pada sembilan aspek di atas, suatu alat ada yang memiliki
satu fungsi dan yang multi fungsi. Misalnya buret hanya dapat digunakan untuk
mengukur volume zat cair saja, sedangkan pH meter dapat digunakan untuk mengukur
pH dan juga mV.
Penataan terkait erat
dengan pengelompokkan, penempatan, penyimpanan dan kemudahan pemeliharaan dan
penggunaannya.
Alat-alat Lab IPA dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, seperti :
a)
Alat kegiatan (pengamatan &
pengukuran), seperti mikroskop, osiloskop, perangkat alat optik, kamera,
anemometer, kalorimeter, timbangan, dsb;
b)
Alat-alat dasar, digunakan untuk
melengkapi alat/ perangkat alat percobaan, seperti gelas kimia, tabung reaksi,
pipa kapiler, erlenmeyer, pelubang gabus, selang plastik, dst;
c)
Alat peraga seperti Kit IPA,
termasuk di dalamnya Model,torso, insektarium dan alat-alat lain yang serupa,
digunakan untuk meragakan suatu struktur suatu obyek IPA;
d)
Charta, foto, atau Bagan, digunakan
untuk menjelaskan suatu hal;
e)
Perkakas dan alat
penunjang seperti obeng, alat bor, tang, catut, gunting, soldier, alat
pemadam kebakaran, Jas Lab, Masker, kulkas, dst yang digunakan untuk
memperbaiki macam-macam peralatan lab.(Suyitno, 2016).
Di laboratorium
terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa hal yang
harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya,
diantaranya adalah :
1. Klasifikasi
alat-alat laboratorium
Penataan
dan penyimpanan alat-alat laboratorium sangat perlu memperhatikan karakteristik
dan spesifikasinya, baik untuk alasan keamanan alat, kemudahan pencarian dan
pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, ataupun sekedar kerapihan penyimpanan.
Oleh karena itu alat-alat laboratorium perlu dikelompokkan atau
diklasifikasikan berdasarkan kritria yang sesuai dengan tujuan
pengelompokkannya. Kriteria klasifikasi alat-alat laboratrorium antara lain
adalah bahan utama pembuatan, massa, bentuk dan volume, pabrik pembuat, usia
pakai, konserp fisika, fungsi atau kegunaan.
v Bahan
pembuatan
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bahan utama
pembuatannya, misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan sebagainya.
v Massa
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bobot dan
massanya apakah alat-alat itu ringan atau berat.
v Bentuk
dan volume
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bentuk dan
ukuran volumenya, misalnya besar, kecil, bola, kubus, balok, silinder dan
sebagainya.
v Pabrik
pembuat
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan produser atau
pabrik yeng membuatnya. Pengelompokkan ini tentu dengan menyebutkan nama PT
pabrik pembuat dan negaranya.
v Letak
dan cara penyimpanannya
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan Letak dan cara
penyimpanan atau cara pemasangannya. Berdasarkan kriteria ini alat
dikelompokkan atas alat-alat permanen dan alat-alat tidak permanen. Alat-alat
permanen adalah alat-alat yang terpasang tetap di bagian tertentu dalam
laboratorium, dan alat-alat tidak permanen adalah alat-alat yang dapat disimpan
atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan penggunaannya.
v Usia
pakai
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan usia pakainya.
Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali alat itu
dapat digunakan dan berfungsi dengan baik dan benar sesuai dengan
spesifikasinya pembuatannya.
v Konsep
fisika
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan konsep atau
materi fisika yang berkaitan dengannya, misalnya alat-alat mekanika, alat-alat
listrik-magnet, alat-alat optik dan sebagainya.
v Fungsi/kegunaan
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan fungsinya ketika
digunakan apakah sebagai alat ukur yang dapat digunakan pada lebih dari satu
percobaan, sebagai satu set percobaan, sebagai alat peraga, sebagai alat
perbaikan, atau yang lainnya. Pada prakteknya sering terjadi bahwa
pengelompokkan alat-alat didasarkan kepada lebih dari satu kriteria. Berikut
ini adalah alat-alat fisika dikelompokkan atas bahan habis, alat permanen, alat
tidak permanen dan alat perbaikan.
2. Bahan
habis
Bahan
habis di laboratorium fisika dapat terdiri dari bahan material dan alat-alat
yang umur pakainya pendek atau bahkan sekali pakai habis, rusak atau tidak
dapat dipakai lagi. Bahan habis yang benar-benar berupa bahan material misalnya
adalah timah patri, pita kertas ticker timer, kertas karbon, benang, tali, paku
keling, spirtus, alkohol, minyak tanah, bensin, pelumas dan sebagainya,
sedangkan bahan habis yang berupa alat yang usia pakainya pendek misanya adalah
berbagai komponen elektronika .
(a) Hal-hal yang
harus diperhatikan berkaitan dengan bahan habis antara lain adalah sebagai
berikut ini.
·
Pemilihan alat-alat yang harus
dimasukkan ke dalam kelompok bahan habis.
·
Pemberian label nama dan atribut yang
jelas bagi setiap bahan habis, agar tidak tertukar penyimpanan dan
pemakaiannya.
·
Cantumkan catatan, peringatan dan perhatian
cara menggunakan yang tepat dan aman.
(b) Penyimpanan
yang sesuai dengan karakteristik alat misalnya :
·
Tempat penyimpanan yang tepat apakah
dari kayu, plastik, kaca dan sebagainya.
·
Ditutup dengan rapat.
·
Tidak ditutup rapat atau bahkan terbuka
·
Suhu dan kelembaban tempat tempat
penyimpanan yang sesuai, apakah bahan harus disimpan di tempat yang kering, di
tempat yang sejuk, jangan di tempat yang lembab, atau harus dalam lemari es
atau frezer, di tempat yang terang atau gelap dan sebagainya.
·
Bila bahan habis termasuk bahan yang
mudah terbakar, maka harus disimpan jauh dari sumber api atau sumber panas,
atau bahkan membelinya jangan terlalu banyak, cukup sekali pakai habis saja.
·
Perhatikan batas waktu pemakaian dan
kadaluarsanya.
·
Pengadaan yang sesuai dengan kebutuhan,
jangan sampai berlebihan sehingga sisa menjadi lewat bataas waktu pemakaian
atau kadaluarsa.
·
Termasuk ke dalam bahan habis adalah
bahan-bahan (padat, cair, gas) pembersih seperti sabun dan pembersih lantai,
cairan khusus pembersih lensa, lap, tissue dan sebagainya.
3. Alat-alat
permanent
Alat-alat permanen
adalah alat-alat fisika yang disimpan dan sekaligus dipasang (siap digunakan)
di tempat tertentu, tidak harus atau bahkan tidak boleh dipindah-pindahkan
tempatnya. Beberapa contoh alat yang dapat dipandang sebagai alat permanen
misalnya adalah:
·
Barometer untuk mengukur tekanan udara
di laboratorium
·
Termometer suhu ruangan untuk mengukuir
suhu udara di laboratorium.
·
Higrometer untuk mengukur kelembaban
udara dalam ruangan laboratorium.
·
Bandul fisis.
·
Pesawat Ethwood.
·
Foto, diagram, gambar, poster, contoh
grafik.
·
Pembakar bunsen dan instalasi gasnya.
Pemasangan alat-alat
permanen hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
·
Pemilihan tempat yang stategis untuk
pengamatan atau bahkan melakukan percobaan.
·
Ketepatan posisi pemasangan di tempat
yang sudah ditentukan.
·
Tempat pemasangan dan alat yang dipasang
ditempat itu harus terhindar dari faktor-faktor yang dapat mengganggu atau
merusak alat seperti panas matahari, kelembaban, banyak getaran dan sebagainya.
·
Setiap alat permanen dapat diberi kartu
alat yang menjelaskan nama dan atribut-atribut lain alat tersebut seperti
jumlah, spesifikasi, asesoris dan tempat penyimpanannya.(Herowati, 2016).
Daftar Pustaka
Assidiq,
A. K. 2008. Kamus Biologi.
Yogyakarta: Panji Pustaka.
Herowati.
2016. Petunjuk Praktikum PENGELOLAAN
LABORATORIUM revisi kelima. Sumenep:
FKIP Press.
Kertiasa,
N. 2006. Laboratorium Sekolah dan
Pengelolaannya. Bandung: Pudak Scientific.
Poerwadarminta,
W.J.S, 2014. Kamus Umum Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga Cetakan XII. Jakarta : Balai Pustaka.
Rustaman,
N. 2005. Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Suyanta.
2010. Manajemen Operasional
Laboratorium. Dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyanta-msi-dr/manajemen-lab.pdf (diakses
tanggal 11 September 2018)
Suyitno.
2016. Tata Letak Alat Laboratorium
Ipa. Dalam
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/tata-letak-alat-lab.pdf.
(diakses tanggal 11 September 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar