Model ASSURE merupakan suatu model yang
merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut
juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri
atas enam langkah kegiatan yaitu:
Perencanaan
pembelajaran model ASSURE dikemukakan oleh Sharon E. Maldino, Deborah L.
Lowther dan James D. Russell dalam bukunya edisi 9 yang berjudul Instructional
Technology & Media For Learning. Perencanaan pembelajaran model
ASSURE meliputi 6 tahapan sebagai berikut:
a.
Analyze Learners
Tahap
pertama adalah menganalisis pembelajar. Pembelajaran biasanya kita berlakukan
kepada sekelompok siswa atau mahasiswa yang mempunyai karakteristik
tertentu. Ada 3 karakteristik yang sebaiknya diperhatikan pada diri pembelajar,
yakni:
Karakteristik
Umum
Yang
termasuk dalam karakteristik umum adalah usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi.
Karakteristik umum ini dapat digunakan untuk menuntun kita dalam memilih
metode, strategi dan media untuk pembelajaran. Sebagai contoh:
1)
Jika pembelajar memiliki kemampuan membaca di bawah standar, akan lebih efektif
jika media yang digunakan adalah bukan dalam format tercetak (nonprint media).
2)
Jika pembelajar kurang tertarik terhadap materi yang disajikan, diatasi dengan
menggunakan media yang memiliki tingkat stimuli yang tinggi, seperti:
penggunaan animasi, video, permainan simulasi, dll.
3)
Pembelajar yang baru pertama kali melihat atau mendapat konsep yang
disampaikan, lebih baik digunakan cara atau pengalaman langsung (realthing).
Bila sebaliknya, menggunakan verbal atau visual saja sudah dianggap cukup.
4)
Jika pembelajar heterogen, lebih aman bila menggunakan media yang dapat
mengakomodir semua karakteristik pembelajar seperti menggunakan video, atau
slide power point.
Spesifikasi
Kemampuan Awal
Berkenaan
dengan pengetahuan dan kemampuan yang sudah dimiliki pembelajar sebelumnya.
Informasi ini dapat kita peroleh dengan memberikan entry test/entry behavior
kepada pembelajar sebelum kita melaksanakan pembelajaran. Hasil dari entry test
ini dapat dijadikan acuan tentang hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu
lagi disampaikan kepada pembelajar.
Gaya
Belajar
Gaya
belajar timbul dari kenyamanan yang kita rasakan secara psikologis dan
emosional saat berinteraksi dengan lingkungan belajar, karena itu gaya belajar
siswa/mahasiswa ada yang cenderung dengan audio, visual, atau kinestetik.
Berkenaan gaya belajar ini, kita sebaiknya menyesuaikan metode dan media
pembelajaran yang akan digunakan.
b.
State Standards and Objectives
Tahap
kedua adalah merumuskan standar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Standar diambil dari Standar Kompetensi yang sudah ditetapkan. Dalam merumuskan
tujuan pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Gunakan
format ABCD
A
adalah audiens, siswa atau mahasiswa yang menjadi peserta didik kita. Instruksi
yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang harus dilakukan pembelajar bukan
pada apa yang harus dilakukan pengajar, B (behavior) – kata kerja yang
mendeskripsikan kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui
proses pembelajaran dan harus dapat diukur), C (conditions) – kondisi pada saat
performa pembelajar sedang diukur, dan D adalah degree – yaitu kriteria yang
menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar.
Mengklasifikasikan
Tujuan
Tujuan
pembelajaran yang akan kita lakukan cenderung ke domain mana? Apakah kognitif,
afektif, psikomotor, atau interpersonal. Dengan memahami hal itu kita dapat
merumuskan tujuan pembelajaran dengan lebih tepat, dan tentu saja akan menuntun
penggunaan metode, strategi dan media pembelajaran yang akan digunakan.
Perbedaan
Individu
Berkaitan
dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang
diberikan/dipelajari. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan
yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan belajar
(mastery learning) yang berbeda. Kondisi ini dapat menuntun kita merumuskan
tujuan pembelajaran dan pelaksanaannya dengan lebih tepat.
c.
Select Strategies, Technology, Media, And Materials
Tahap
ketiga dalam merencanakan pembelajaran yang efektif adalah memilih strategi,
teknologi, media dan materi pembelajaran yang sesuai. Strategi pembelajaran
harus dipilih apakah yang berpusat pada siswa atau berpusat pada guru sekaligus
menentukan metode yang akan digunakan. Yang perlu digaris bawahi dalam point
ini adalah bahwa tidak ada satu metode yang paling baik dari metode yang lain
dan tidak ada satu metode yang dapat menyenangkan/menjawab kebutuhan
pembelajar secara seimbang dan menyeluruh, sehingga harus dipertimbangkan
mensinergikan beberapa metode.
Memilih
teknologi dan media yang akan digunakan tidak harus diidentikkan dengan barang
yang mahal. Yang jelas sebelum memilih teknologi dan media kita harus
mempertimbangkan terlebih dahulu kelebihan dan kekurangannya. Jangan sampai
media yang kita gunakan menjadi bumerang atau mempersulit kita dalam
pentransferan pengetahuan kepada pembelajar.
Ketika
kita telah memilih strategi, teknologi dan media yang akan digunakan,
selanjutnya menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan. Langkah ini
melibatkan tiga pilihan: (1) memilih materi yang sudah tersedia dan siap pakai,
(2) mengubah/ modifikasi materi yang ada, atau (3) merancang materi dengan
desain baru. Bagaimanapun caranya kita mengembangkan materi, yang terpenting
materi tersebut sesuai dengan tujuan dan karakteristik si pembelajar.
d.
Utilize Technology, Media and Materials
Tahap
keempat adalah menggunakan teknologi, media dan material. Pada tahap ini
melibatkan perencanaan peran kita sebagai guru/dosen dalam menggunakan
teknologi, media dan materi. Untuk melakukan tahap ini ikuti proses “5P”,
yaitu:
1)
Pratinjau (previw), mengecek teknologi, media dan bahan yang akan digunakan
untuk pembelajaran sesuai dengan tujuannya dan masih layak pakai atau tidak.
2)
Menyiapkan (prepare) teknologi, media dan materi yang mendukung pembelajaran
kita.
3)
Mempersiapkan (prepare) lingkungan belajar sehingga mendukung penggunaan
teknologi, media dan materi dalam proses pembelajaran.
4)
Mempersiapkan (prepare) pembelajar sehingga mereka siap belajar dan tentu saja
akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.
5)
Menyediakan (provide) pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau
pembelajar), sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar dengan maksimal.
e.
Require Learner Participation
Tahap
kelima adalah mengaktifkan partisipasi pembelajar. Belajar tidak cukup hanya
mengetahui, tetapi harus bisa merasakan dan melaksanakan serta mengevaluasi
hal-hal yang dipelajari sebagai hasil belajar. Dalam mengaktifkan pembelajar di
dalam proses pembelajaran yang menggunakan teknologi, media dan materi alangkah
baiknya kalau ada sentuhan psikologisnya, karena akan sangat menentukan proses
dan keberhasilan belajar. Psikologi belajar dalam proses pembelajaran yang
perlu diperhatikan adalah:
1)
Behavioris, karena tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan
stimulus yang ditampakkan pembelajar.
2)
Kognitifis, karena informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya skema
mentalnya.
3)
Konstruktivis, karena pengetahuan dan ketrampilan yang diterima pembelajar akan
lebih berarti dan bertahan lama di kepala jika mereka mengalami langsung setiap
aktivitas dalam proses pembelajaran.
4)
Sosial, karena feedback atau tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam
proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala
informasi yang telah diterima dan juga sebagai support secara emosional.
f.
Evaluate and Revise
Tahap
keenam adalah mengevaluasi dan merevisi perencanaan pembelajaran serta
pelaksanaannya. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melihat seberapa jauh
teknologi, media dan materi yang kita pilih/gunakan dapat mencapai tujuan yang
telah kita tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh kesimpulan: apakah
teknologi, media dan materi yang kita pilih sudah baik, atau harus diperbaiki
lagi.
Sumber
referensi :
http://belajarpendidikanku.blogspot.com/2013/02/model-model-pengembangan-bahan-ajar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar