Selasa, 20 Maret 2018

Perkembangan Emosi Remaja





   

Pengertian Emosi
Hattersal ( 1985 ) dalam Mudjiran.dkk  ( 2007 ) menyatakan bahwa emosi adalah psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Menurut James & Lange , bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak

2.      Ciri –Ciri Emosi Remaja
Pola emosi masa remaja hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Menurut Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.

Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
·         Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
·         Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
·         Kemarahan biasa terjadi
·         Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
·         Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
·         “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
·         Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
·         Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka

Luella Cole  mengemukakan tiga jenis emosi yaitu :
v  Emosi marah
Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya dalam kehidupan remaja . penyebab timbulnya emosi marah pada diri remaja ialah apabila mereka Direndahkan, dipermalukan, dihina dan lainnya. Remaja yang sudah cukup matang menunjukkan rasa marahnya tidak lagi dengan berkelahi tapi lebih memilih mengerutu, mencaci atau dalam bentuk ungkapan verbal lainnya.
v  Emosi takut
Jenis emosi lain yang sering muncul pada diri remaja adalah emosi takut. Menjelang seorang anak mencapai remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya.  Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan yang timbul dari persoalan kehidupan. Ketakutan tersebut banyak menyangkut dengan ujian yang akan diikuti seperti rendahnya prestasi, sakit, kesepian dan lain-lain. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah keberanian menghadapi rasa takut tersebut.
v  Emosi cinta / kasih sayang
Jenis emosi ketiga yang sering muncul pada diri remaja adalah emosi cinta / kasih sayang, emosi ini telah ada sejak bayi dan terus berkembang sampai dewasa. Faktor ini penting dalam kehidupan remaja adalah untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam dirinya masih terdapat sifat kekanak-kanakanya. Remaja membutuhkan kasih sayang di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya. Karena alasan inilah sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-olok mereka pada waktu pertama kali karena mencukur kumisnya, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana.
Pada masa remaja rasa cinta mulai diarahkan kepada lawan jenis . menurut cole kecenderungan remaja wanita tertarik terhadap sesama jenis berlangsung lebih lama. Keadaan ini terlihat pada sikap kasih sayang terhadap sesama wanita seperti kepada kakak, adik.

3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
Hurlock  ( 2002 ) dalam rahmat  ( http://r4hmatdocuments.blogspot.com ) menyatakan sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar.
Para remaja seringkali tidak menunjukkan perasaan-perasaannya, entah perasaan takut ataupun sedih. walaupun mereka terkadang merasa takut dan ingin menangis tetapi tidak berani menunjukkan perasaan tersebut secara terang-terangan. Kondisi-kondisi kehidupan dan lingkunganlah yang menyebabkan mereka merasa perlu menyembunyikan perasaan-perasaannya.
Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dari lingkungan serta sekolah dan pemanfaatan media massa berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja yaitu :
1.      Faktor eksternal
Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang dirasakan seseorang secara individu. Adapun gangguan emosi yang mereka alami antara lain :
ü  Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian yang mereka alami
ü  Merasa di benci di sia-siakan , tidak mengerti dan tidak diterima oleh lingkungan
ü  Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dipatahkan daripada diberi sokongan , dorongan, semangat
ü  Merasa tidak mampu
2.      Faktor eksternal
Menurut Hulrlock dan Cole faktor yang mempengaruhi emosi positif adalah sebagai berikut;
ü  Orang tua dan guru memperlakukan mereka seperti anak kecil sehingga harga diri mereka terasa dilecehkan
ü  Apabila dirintangi anak membina keakraban dengan lawan jenis
ü  Disikapi tidak adil oleh orang tua
ü  Merasa kebutuhannya tidak terpenuhi oleh orang tua

Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti di mana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
1.      Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan
2.      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
3.      Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
4.      Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
5.      Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.

Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Mendekati berakhirnya remaja, seorang anak telah melewati banyak badai emosional, ia mulai mengalami keadaan emosional yang lebih tenang dan telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Jadi, emosi yang ditunjukkan mungkin merupakan selubung yang disembunyikan. Contohnya, seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukkan kemarahan, dan seseorang yang sebenarnya hatinya terluka tetapi ia malah tertawa, sepertinya ia merasa senang.

4.      Usaha Guru Dan Orang Tua Dalam Mengembangkan Emosi Positif Remaja
Emosi yang ada dalam diri remaja ada emosi positif dan emosi negatif. Kedua emosi itu berkembang dalam diri remaja . Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak menimbulkan efek negatif dan emosi positif perlu dikembangkan. Beberapa cara untuk meredam emosi negatif itu adalah :
a.       Berpikir positif dalam arti mencoba melihat sesuatu peristiwa atau kejadian dari sisi positifnya.
b.      Mencoba belajar memahami karakteristik orang lain. Memahami bahwa orang lain memang berbeda dan tidak dapat memaksakan orang lain berbuat sesuai dengan keinginan diri sendiri.
c.       Mencoba menghargai pendapat dan kelebihan orang lain. Mereka mendengarkan apa yang dikemukakan orang lain dan mengakui kelebihan orang lain.
d.      Introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat merasakannya.
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang dan disikap oleh orang tua maupun guru. Usaha untuk mengembangkannya adalah :
a)      Orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak.
b)      Adanya programlatihan beremosi nbaik disekolah maupun didalam keluarga. Misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
c)      Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menggapainya secara lebih baik.


Diambil Dari http://shizukaumrilockhart.blogspot.co.id/2011/09/makalah-perkembangan-peserta-didik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI SISTEM EKSKRESI KELAS 8 IPA