Selasa, 20 Maret 2018

Perkembangan Kreativitas Anak




Kreativitas

     Kreativitas adalah sebuah konsep yang majemuk dan multi-dimensional, sehingga sulit didefinisikan secara operasional. Definisi sederhana yang sering digunakan secara luas tentang kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Wujudnya adalah tindakan manusia. Melalui proses kreatif yang berlangsung dalam benak orang atau sekelompok orang, produk-produk kreatif tercipta. Produk itu sendiri sangat beragam, mulai dari penemuan mekanis, proses kimia baru, solusi baru atau pernyataan baru mengenai sesuatu masalah dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Berpikir konvergen dan divergen ini cenderung berkorelasi. Salah satu hasil penelitian dari dua pakar psikologi dari Universitas Chicago, Getzels dan Jackson 1962), menemukan bahwa kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi memiliki prestasi sekolah yang tidak berbeda dengan kelompok siswa yang intelegensinya relatif lebih tinggi. Di samping menyebutkan pentingnya perkembangan berpikir divergent, Guilford juga menyebutkan bahwa kreativitas berarti ap-titude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi: kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir konvergen.
      Menurut torrance  kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan atau hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis baru, dan mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasika dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan.





2    PERKEMBANGAN KREATIVITAS

1.      Tahap Sensori-Motoris
   Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut.
  
2.    Tahap Praoperasional
  Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unser perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.

3.   Tahap Operasional Konkret
  Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan berkembang rasa ingin tahunya. Pada tahap ini, menurut Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982), interaksinya dengan lingkungan, termaksud dengan orang tua, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dengan cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.

4.   Tahap Operasional Formal
  Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.
Beberapa faktor yang mendukung berkembanganya potensi kreaktivitas, antara lain sebagai berikut :
Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional berdasarkan pemikiran logis. -Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proposional berdasarkan pemikiran logis.
 - Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relatif.
 - Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif.
 - Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel. Variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks.
 - Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relatif dan berpikir hipotesis.
  Remaja sudah memiliki diri ideal (ideal self).
  Remaja sudah memahami bahasa abstrak.


TAHAP-TAHAP KREATIVITAS

            Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu. Tidak mudah mengidentifikasikan secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung.

1.   Persiapan (preparation)
  Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan berbagai alternatif pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. 

2.    Inkubasi (incubation)
  Pada tahp ini, proses pemecahan masalah “dierami” dalam alam pradasar, individu seakan-akan melupakannya. Jadi, pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan “mengendapkannya” dalam alam prasadar. Proses inkubasi ini dapat berlangsung lama (berhari-hari) atau bahkan bertahun-tahun) dan bisa juga sebentar (beberapa jam saja) sampai kemudian timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan masalah.

3.    Iluminasi (illumination)
  Tahap ini sering disebut sebagai tahap timbulnya insight. Pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psiokologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama atau bisa juga sebentar pada tahap inkubasi.

4.     Verifikasi (verification)
  Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. Pada tahap ini, pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerima secara total harus diikuti oleh kritik. Firasat harus diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas.
Jadi, kalau pada tahap preparation, incubation, dan illumination adalah proses berpikir divergen yang menonjol maka dalam tahap verification yang lebih menonjol adalah proses berpikir konvergen.


KARAKTERISTIK KREATIVITAS

   Berbagai karakteristik atau ciri kreativitas yang dikemukakan pada bagian ini merupakan serangkaian hasil studi terhadap kreativitas. Pendekatan serupa untuk mengidentifikasikan sikap, kepercayaan, dan nilai pada orang-orang kreatif juga digunakan oleh Utami Munandar (Dedi Supriadi, 1989).

Piers  mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut :  
1Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
Memiliki keterlibatan yang tinggi.
 Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
 Memiliki ketekunan yang tinggi.
 Cenderung tidak puas terhadap kemapanan.
 Penuh percaya diri.
Memiliki kemandirian yang tinggi.
 Bebas dalam mengambil keputusan.
 Menerima diri sendiri.
Senang humor.
Memiliki intuisi yang tinggi.
 Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks.
 Toleran terhadap ambiguitas.
1 Bersifat sensitif.

Utami Munandar  mengemukakan ciri-ciri kreativitas, antara lain sebagai berikut.
 Senang mencari pengalaman baru.
Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
Memiliki inisiatif.
Memiliki ketekunan yang tinggi.
Cenderung kritis terhdapa orang lain.
Berani menyatakan pendapat dan keyakinan.
Selalu ingin tahu.
  Peka atau perasaan
Enerjik dan ulet.
Menyukai tugas-tugas yang majemuk
Percaya kepada diri sendiri.
Mempunyai rasa humor.
Memiliki rasa keindahan.
 Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
            Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkaran.
          faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas adalah
Usia
Tingkat pendidikan orang tua
Tersedianya fasilitas, dan
Penggunaan waktu luang
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreativitas adalah sebagai berikut.
 Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung risiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
 Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
 Stereotip peran seks atau jenis kelamin.
 Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
Otoritarianisme.
Tidak menghargai fantasi khayalan.
Jadi, menurut Torrance  interaksi antara orang tua dengan anak atau remaja yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas bukanlah interaksi yang didasarkan atas situasi stimulus-repons, melainkan atas dasar kehidupan kehidupan sejati (a living relationship) dan saling tukar pengalaman (coexperiencing). Dalam situasi seperti ini, orang tua dan anak (remaja) adalah subjek yang saling berinteraksi secara seimbang
MASALAH APA YANG SERING TIMBUL PADA ANAK KREATIF
            Anak-anak kreatif, meskipun memiliki kemampuan atau kelebihan dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, bukan berarti selalu mulus dalam perkembangan psikologisnya. Di samping potensi kreatifnya itu jika tidak mendapatkan penanganan secara baik justru seringkali menimbulkan masalah pada dirinya. Berkenaan dengan ini, sejumlah masalah yang sering timbul atau dialami oleh anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut.
1.     Pilihan karier yang tidak realistis
Karena kemampuan kreatifnya itu menyebabkan anak-anak kreatif seringkali cenderung memiliki pilihan karier yang tidak realistis, kurang populer, dan tidak lazim (unconventional) sejauh dipersepsi oleh lingkungannya. Kondisi psikologis yang seperti ini jika tidak mendapatkan bimbingan secara baik dapat mengarahkan dirinya kepada pilihan karier yang kurang tepat. Akibatnya, dapat menimbulkan frustasi jika pilihannya tidak didasari oleh pemahaman yang cukup mengenai jenis karier yang akan dipilihnya.
2.     Hubungan dengan guru dan teman sebaya
Dalam berhubungan dengan guru dan teman sebaya, anak-anak kreatif kadang-kadang mengalami hambatan. Sebagai konsekuensi dari potensi kreatifnya, mereka cenderung kritis, memiliki pendapatnya sendiri, berani mengemukakan dan mempertahankan pendapatnya, berani mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap pemikiran orang lain, tidak mudah percaya, memiliki keinginan yang sering kali berbeda dengan teman-teman pada umumnya, serta tidak begitu senang untuk melekatkan diri kepada otoritas. Kritisan dan sifat-sifat yang melekat pada dirinya itu seringkali berakibat dijauhi oleh teman sebayanya atau kurang disenangi oleh guru yang memang tidak senang dikritisi.
3.     Perkembangan yang tidak selaras
Jika lingkungannya tidak dapat mengakomodasi keunggulan potensi kreatifnya itu, dapat muncul masalah dalam diri anak-anak kreatif. Masalah yang timbul disebut dengan istilah uneven development(perkembangan yang tidak selaras) antara kematangan intelektual dengan perkembangan aspek-aspek emosional dan sosialnya.
4.     Tiadanya tokoh-tokoh ideal
Anak-anak kreatif cenderung memiliki tokoh-tokoh orang besar yang sangat diidealkan dalam hidupnya. Tokoh-tokoh ideal bisa berada dekat di lingkungan sekitarnya, tetapi dapat juga berada di tempat yang jauh dan sulit dijangkau. Jika tokoh idealnya berada di tempat yang jauh, anak-anak kreatif cenderung berusaha untuk dapat menjangkau melalui cara mereka sendiri. Misalnya, membaca riwayat hidupnya, dan mengoleksi foto-fotonya. Kelangkaan tokoh ideal karena kelangkaan informasi dapat mengakibatkan anak-anak kreatif tersesat kepada pilihan tokoh ideal yang salah. Oleh karena itu, mereka sangat memerlukan informasi untuk mendapatkan tokoh yang mereka idealkan.[8]


UPAYA MEMBANTU PERKEMBANGAN KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN
            Sesungguhnya anak-anak kreatif kedudukannya sama saja dengan anak-anak biasa lainnya di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Namun, karena potensi kreatifnya itu, mereka sangat memerlukan perhatian khusus dari pendidik untuk mengembangkan dirinya. Perhatian khusus disini bukan berarti mereka harus mendapatkan bimbingan sesuai dengan potensi kreatifnya agar tidak sia-sia. Kelemahan pendidikan selama ini dalam konteksnya dengan pengembangan potensi kreatif anak adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungsi belahan otak kanan. Akibatnya, tidak sedikit anak-anak yang sebenarnya memiliki potensi kreatif mengalami apa yang disebut dengan istilah creativity drop (penurunan kreativitas).
          Oleh karena itu, sistem pendidikan hendaknya memperhatikan kurikulum yang akan diolah menjadi materi dalam proses pendidikan itu yang dapat dikembalikan kepada fungsi-fungsi pengembangan yang berbeda dari kedua belahan otak manusia tersebut.
          Agar proses pendidikan dapat memberikan bantuan kepada anak-anak kreatif, para guru dan pembimbing di sekolah sudah seharusnya mengenali anak-anak kreatif yang menjadi peserta didiknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI SISTEM EKSKRESI KELAS 8 IPA