Jumat, 21 September 2018

Menguasai Prinsip-Prinsip dan Prosedural Penggunaan Pendekatan Dalam Pembelajaran


STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA
 “Menguasai Prinsip-Prinsip dan Prosedural Penggunaan Pendekatan Dalam Pembelajaran”

Dosen Pengampu :


Drs. M. Hidayat, M.Pd

Nama : Bs. Dita Fitri
Nim : A1C317054
Kelas : Reguler A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

A.    Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).
Lima Elemen Belajar yang Konstruktivistik
Menurut Zahorik (1955: 14-22) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam
praktek pembelajaran kontekstual, yaitu :
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan
detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yakni dengan
cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis) (2) Melakukan
sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas
dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge).
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
Menurut Sanjaya (2008: 255) dalam Jurnal  Rosita, dkk (2015: 546-547) ( Conteks-tual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara menyeluruh untuk menemukan materi dan menghubungkannya dengan situasi nyata sehari-hari yaitu ling-kungannya, sehingga mendorong sisa dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pendekatan kontekstual bukan hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi merupakan proses pencairan pengalaman secara langsung. Melalui proses ini siswa tidak hanya mengem-bangkan aspek kognitif saja, tetapi juga mengembangkan aspek afektif dan psikomotor.  Selain itu Sanjaya (2008: 256) juga mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual (CTL) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.      Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan penge-tahuan yang sudah ada (activiting knowledge;
2.      Pembelajaran yang Kon-tekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah penge-tahuan baru (acquiring knowledge);
3.      Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) artinya pe-ngetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini;
4.      Mempraktikkan pengetahuan dan peng-alaman tersebut (applyng knowledge)
5.      Melakukan refleksi (reflecting know-ledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan
Kelebihan pendekatan Kontekstual, antara lain: (1) pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, karena peserta didik dapat menangkap hubung-an antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, (2) pembelajar-an lebih produktif dan mampu menum-buhkan penguatan konsep kepada siswa, (3) guru lebih intensif dalam mem-bimbing siswa, karena guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi me-lainkan pengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk me-nemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa, (4) guru mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa meng-gunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Selain itu adapun kekurangan pendekatan pembelajaran Kontekstual antara lain; dalam pemilihan informasi atau materi di kelas didasarkan pada kebutuhan siswa pada-hal dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentu-nya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajran sesuai dengan apa yang diterapakan semula.

Strategi Pengajaran yang Berasosiasi dengan CTL
·         CBSA
·         Pendekatan Proses
·         Life Skills Education
·         Authentic Instruction
·         Inquiry Based Learning
·         Problem Based Learning
·         Cooperative Learning
·         Service Learning
Lima Elemen Belajar yang Konstruktivistik
Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu :
a.       Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
b.      Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
c.       Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yakni dengan cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis) (2) Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Penerapan Pendekatan Konstektual di Kelas
Pendekatan CTL mempunyai tujuah komponen utama, yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Dan untuk itu melaksanakan hal itu tidak sulit. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yangbagaimanapun keadaannya. Penerapan CTL dalam konteks kelas cukup mudah. Secara garis besar langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua toppik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu sisws dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

B.     Pendekatan saintifik
Menurut Ine (2015:271-271) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran  yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pendekatan scientific lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif.
Metode scientific sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode scientific.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan Pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah:
·         Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
·         Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
·         Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
·         Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
·         Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. Penerapan Pendekatan Scientific… (Maria Emanuela Ine)
·         Untuk mengembangkan karakter siswa. Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Oleh karena itu, penerapan pendekatan ilmiah memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi di antaranya adalah sebagai berikut.
·         Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
·         Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
·         Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
·         Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
·         Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
·         Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
·         Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya

Sumber :
Ine. 2015. Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Pasar. Proseding Seminar nasional.
Rosita, dkk. 2015. Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Peningkatan Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas Vi Sdn 2 Kalirejo Kecamatan Karanggayam Tahun Ajaran 2014/2015.Vol 05. No. 01.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI SISTEM EKSKRESI KELAS 8 IPA