RESUME
PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA
‘’PENGELOALAAN
LIMBAH LABORATORIUM’’
Nama : BS. DITA FITRI
NIM : A1C317054
Kelas : Pendidikan Fisika Reguler A 2017
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
A.
Pengertian
Pengelolaan Limbah Laboratorium
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai
nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.
Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).
Limbah Laboratorium adalah buangan yang berasal dari
laboratorium. Dalam hal ini khususnya adalah laboratorium kimia. Limbah ini
dapat berasal dari bahan kimia, peralatan untuk pekerjaan laboratorium dan
lain-lain. Limbah laboratorium ini mempunyai resiko berbahaya bagi lingkungan
dan mahluk hidup.Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama
yang bersumber dari laboratorium kimia. Bahan beracun dan berbahaya banyak
digunakan di laboratorium kimia. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan
oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun
kualitasnya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara
lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi
bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam
jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan
mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas
yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.
Limbah laboratorium dapat mencemari lingkungan
penduduk di sekitar dan dapat menimbulkanmasalah kesehatan. Hal ini dikarenakan
dalam limbah laboratorium dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab
penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis
sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL,
1999).Sampah dan limbah laboratorium adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan Laboratorium dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah laboratorium dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Perlindungan terhadap bahaya
pencemaran dari manapun juga perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan
dengan hal tersebut, pengelolaan limbah laboratorium yang merupakan penunjang
untuk diagnose kesehatan, juga mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat
dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah laboratorium
infeksius, perlu diupayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan belajar di Laboratorium. Unsur-unsur tersebut meliputi
antara lain sebagai berikut :
a.
Penanggung Jawab Laboratorium
b.
Para ahli pakar dan lembaga yang dapat memberikan
saran-saran
c.
Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan
sarana fasilitas yang diperlukan.
B. Jenis – jenis limbah dan cara pengolahannya
1.
Limbah Kimia
Menurut Said (2009:38) ,
Laboratorium merupakan tempat di mana dilakukan suatu kegiatan pengujian
pengujian untuk memperoleh data hasil uji yang akurat dan valid. Data yang
diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium baik pengujian secara kualitatif
maupun secara kuantitatif merupakan data yang dapat ditelusuri, selanjutnya
dapat juga digunakan sebagai proses hukum. Berbagai kegiatan dapat dilakukan di
laboratorium, mulai dari persiapan contoh untuk pengujian sampai dengan
kegiatan pengujian. Beberapa pengujian umum yang dilakukan di laboratorium
antara lain pengujian fisika, kimia dan mikrobiologi.
Alur
kegiatan pengujian di laboratorium dimulai dari persiapan contoh sampai dengan
pelaksanaan pengujian, memutuhkan bahan-bahan kimia utama dan pendukung. Jenis
bahan kimia yang umum dipakai antara lain bahan kimia bersifat asam, basa,
organik dan anorganik. Jenis asam-asam kuat yang digunakan seperti Asam Klorida
(HCl), Asam Nitrat (HNO3), Asam Sulfat (H2SO4) dan lain-lain. Beberapa asam
lemah yang biasa digunakan antara lain Asam Posfat (H3PO4), Asam Karboksilat
(HCOOH) dan sebagainya. Jenis-jenis basa kuat yang umum digunakan seperti
Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Kelompok bahan kimia
anorganik meliputi berbagai jenis garam seperti Natrium Klorida (NaCl),
Magnesium Klorida (MgCl2), Kalium Klorida (KCl), Merkuri Sulfat (MgSO4), Kalium
Kromat (KcrO4), Kalium Bikromat (K2CrO7), Ferro Ammonium Sulfat (Fe(NH4SO4)2)
dan berbagai jenis garam lainnya. Bahan kimia organik yang sering digunakan
seperti jenis Alkohol, Aldehida, Aseton, senyawa Amina, Amida dan sebagainya.
Jenis bahan kimia pendukung yang digunakan seperti deterjen sebagai bahan
pembersih. Bahanbahan kimia tersebut di atas pada umumnya dibuang sehingga
menghasilkan limbah yang kemudian dikenal dengan limbah laboratorium.
Pengolahan Limbah Cair yang Berasal
dari Laboratorium Kimia Sekolah
Menurut Anonim (2008:5-6), Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci
dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air
limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih
harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air
buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama
ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut
secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisika,
secara kimia dan secara biologi. Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga
metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau
secara kombinasi.
Pada umumnya, sebelum dilakukan
pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan pengolahan secara fisika
agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah 4 kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai
cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air
buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses
reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untukmenyisihkan sebanyak mungkin
partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang dipergunakan 5 dalam proses osmosa. Proses adsorbsi,
biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik
(misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika
diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Pengolahan air buangan secara kimia
biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), logamlogam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun;
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan
tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan
(flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga
berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Gambar 2. Skema Diagram pengolahan
Kimiawi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang
tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan
yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid
tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan
senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)
sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan
hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5
dan untuk hidroksiapatit pada 6 pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen,
sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi
menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Hal-Hal yang
Perlu Diperhatikan dalam Penanganan Limbah Kimia
1. Labelisasi botol/wadah limbah
Semua wadah limbah kimia harus diberi label dengan
warna yang mecolok. Label tersebut diberi keterangan terkait nama lengkap bahan
(tunggal atau campuran), mulai penyimpanan, tanggal pembuangan dan informasi
penting lainnya.
Jangan sampai label pada wadah tersebut rusak
atau hilang, sehingga menyebabkan isi dalam wadah tidak diketahui secara pasti,
dan dikhawatirlan terjadi pencampuran bahan yang semestinya tidak bercampur.
Pastikan juga tulisan "limbah berbahaya" tidak hilang. Jangan melabeli dengan kata-kata lain untuk limbah, juga jangan melabeli limbah kalau bahan tersebut bukanlah limbah.
Pastikan juga tulisan "limbah berbahaya" tidak hilang. Jangan melabeli dengan kata-kata lain untuk limbah, juga jangan melabeli limbah kalau bahan tersebut bukanlah limbah.
2.
Tempat penyimpanan limbah
Beberapa
kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih tempat untuk menyimpan limbah,
diantaranya:
·
Jangan menyimpan limbah di lemari asam di mana reaksi
kimia sering dilakukan.
·
Wadah untuk menyimpan limbah harus disesuaikan.
Biasanya wadah yang sering dipakai untuk menyimpan limbah terbuat dari gelas
(kaca) atau polietilen.
·
Jangan menggunakan wadah yang terbuat dari kaleng
logam jika limbah bersifat asam dan basa kuat karena dapat merusak wadah dengan
cepat.
- Jangan menyimpan wadah limbah di dekat air atau
westafel.
3.
Kondisi tutup penutup wadah
Tutup
wadah hanya dibuka pada saat memasukkan limbah ke dalam botol. Jika
dikhawatirkan terjadi tekanan yang kuat pada wadah, maka tutupnya agak
dilonggarkan.
Jangan
meninggalkan corong di wadah penyimpanan limbah. Corong yang digunakan
pindah-pindah dari satu botol ke botol lain dapat menghasilkan gas atau
ledakan, karena terjadi pencampuran limbah melalui corong yang tidak dicuci.
4.
Pemisahan tempat penyimpanan
wadah
·
Penyimpanan asam dan basa dilakukan di tempat/lemari
yang berbeda. Pastikan wadah tidak bocor, karena kebocoran wadah dapat
menyebabkan reaksi yang hebat, sehingga menimbulkan gas beracun.
·
Pisahkan tempat penyimpanan limbah asam dan bahan
organik.
·
Tidak melakukan pencampuran bahan kimia tidak
kompatibel dalam satu wadah limbah. Misalnya, pencampuran antara asam nitrat
dan etanol dapat membentuk senyawa yang mudah meledak.
5.
Penimbunan/pengolahan limbah
Idealnya,
tidak lebih dari satu wadah untuk masing-masing jenis limbah berada di
laboratorium. Jangan sampai ada empat wadah limbah organik dalam satu lab. Jika
terjadi kebakaran, akan sangat berbahaya.
Cara
pengelolaan limbah kimia :
a.
Netralisasi
Limbah yang
bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2
Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4
atau HCI.
b. Pengendapan/sedimentasi,
koagulasi dan flokulasi
Kontaminan
logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO
karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
c. Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat
organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
d. Penukaran
ion
Ion logam
berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat
diserap oleh resin anion.
2.
Limbah
Biologi
a.
Pengolahan limbah Secara Biologi
Pengolahan
air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan yang diarahkan
untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air
buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan
substrat tersebut. Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung
dalam tiga lingkungan utama, yaitu :
- Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen
terlarut (DO) didalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan
faktor pembatas;
- Lingkungan anoksik, yaotu lingkungan dimana
oksigen terlarut (DO) didalam air ada dalam konsentrasi yang rendah.
- Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari
lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen
menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob.
Berdasarkan
pada kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses
penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakanmenjadi 2 bagian, yaitu :
- Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended
growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan
pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan
tersuspensi.
- Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth
reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada
proses penguraian substrat tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan yang
tersuspensi.
Faktor
faktor yang mempengaruhi mekanisme proses biologi secara anaerob diantaranya
ialah, Temperatur, pH (Keasaman), Waktu Tinggal, Komposisi Kimia Air Limbah,
Kompetisi Metanogen dan Bakteri Pemakan Sulfat, Serta Zat Toksik, namun yang
akan dijelaskan disini hanya faktor faktor yang berhubungan dengan materi yang
akan kita bahas yaitu mengenai proses penyesuaian pH, Pelepasan senyawa
penghambat dan suplmentasi nutrien ialah sebagai berikut :
a) Keasaman
(pH)
Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik
berada pada kisaran pH antara 6,7 – 7,4, tetapi optimalnya pada kisaran pH
antara7,0 -7,2 dan proses dapat gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri acidogenik
mengahasilkan asam organik, yang cenderung menurunkan pH bioreaktor. Pada
kondisi normal, penurunan pH ditahan oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh
bakteri metanogen. Dibawah kondisi lingkungan yang berlawanan kapasitas
buffering dari sistem dapat terganggu, dan bahkan produksi metan dapat terhenti.
Salah satu metode untuk memperbaikikeseimbangan pH adalah dengan meningkatkan
alkaliniti dengan menambah bahan kimia seperti lime (kapur), anhydrous ammonia,
sodium hidroksida , atau sodium bikarbonat.
b) Zat
Toksik
Zat toksik kadang kadang dapat menyebabkan
kegagalan pada proses penguraian limbah dalam proses anaerobik. Terhambatnya
pertumbuhan bakteri metanogen pada umumnya ditandaidengan penurunan produksi
metan dan meningkatnya konsentrasi asam asam volatil. Berikut ini adalah
beberapa zat toksik yang dapat menvghambat pembentukan metan, yaitu :
·
Oksigen
·
Amonia
·
Hidrokarbon terklorinasi
·
Senyawa Benzen
·
Formaldehid
·
Asam volatil
·
Asam lemak rantai panjang
·
Logam Berat
·
Sianida
·
Sulfida
·
Tanin
·
Salinitas
·
Dan Efek Balik( Feedback Inhibition )
3.
Limbah
Fisika
a. Cara
Pengelolaan limbah fiska :
1.
Tahap penyaringan (screening)
Merupakan cara yang efisien dan murah
untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan
menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan
bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi yang mudah
mengendap dapat disisihkan secara mudahdengan
2. Proses
pengendapan,
Pada proses ini bisa dilakukan tanpa
tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan mudah mengendap tapi dalam
kondisi tertentu dimana bahan-bahan terususpensi sulit diendapkan maka akan
digunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam proses sedimentasi, pada
proses ini akan terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih
besar sehingga mudah diendapkan pada proses yang menggunakan bahan kimia ini
masih diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Parameter desain yang utama untuk
proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
3. Proses
filtrasi
Di dalam pengolahan air buangan,
biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse
osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel
tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat
membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan
karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol)
dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis)
biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika
pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi
dan operasinya sangat mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengantar Pengolahan Air Limbah, Bahan Kuliah Rekayasa
Lingkungan (TL 4001). Prodi Teknik Lingkungan ITB
Lingkungan (TL 4001). Prodi Teknik Lingkungan ITB
Chiyoda-Rekayasa, 1987, Ammonia-Urea
Project Operation Manual for PT
Pupuk Kaltim. Environmental Management Gide for Small Laboratories,
EPA 233-B-00-001, dalam LS&EM V7, No. 5. Freeman, 1995, Industrial
Pollution Preventive Hand Book, McGraw-Hill, New York. Lokakarya
Nasional Cleaner ProductionTechnology, 2003, Bandung.
Pupuk Kaltim. Environmental Management Gide for Small Laboratories,
EPA 233-B-00-001, dalam LS&EM V7, No. 5. Freeman, 1995, Industrial
Pollution Preventive Hand Book, McGraw-Hill, New York. Lokakarya
Nasional Cleaner ProductionTechnology, 2003, Bandung.
Khasanah, M., 2008. Handout, Manajemen Laboratorium, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Managing of Your Hazardous Waste, Environmental Protection Agency (EPA),
December 2001.
December 2001.
Said,Muhammad.2009.
Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan
Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida
(PAC).Vol.1.No.2
Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida
(PAC).Vol.1.No.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar