Minggu, 09 Desember 2018

KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM (1)


RESUME PENGELOLAAN LABORATORIUM
“KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM”



DOSEN PENGAMPU :
RAHMA DANI,S.Pd.,M.Pd


NAMA: BS. DITA FITRI
NIM : A1C317054
KELAS: REG A 2017


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1 Pengertian Keselamatan Kerja Laboratorium
Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus , karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus.Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.
Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.
2 Jenis Bahaya Pada Percobaan Fisika
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang dapat berpotensi menimbulkan cidera atau penyakit atau kombinasi keduanya. Bekerja di laboratorium mengandung bahaya berupa kecelakaan. Kecelakaan yamg sering terjadi di laboratorium berupa kebakaran, kesakitan, kematian dan kerugian akibat kecelakaan ataupun kerusakan peralatan laboratorium.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja,  Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

A.      Jenis-jenis Bahaya dalam Laboratorium
Menurut Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah ;
a.       Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
b.      Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
c.       Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
d.      Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e.       Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
f.       Sengatan listrik.
B. Beberapa sumber bahaya dalam percobaan fisika di laboratorium dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.       Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:
1.      Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
2.      Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan.
3.      Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
4.      Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
5.      Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidakmembahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
6.      Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
7.      Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
8.      Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.
b.      Keracunan
Keracunanakibatpenyerapanzatkimiaberacun(toxic)baikmelaluioralmaupunkulit. Keracunandapatbersifatakutataukronis.Akutartinyadapatmemberikanakibatyang dapatdilihatataudirasakandalamwaktusingkat.Misalnya,keracunanfenol dapat menyebabkan diaredan keracunan karbon monoksidadapatmenyebabkan pingsan atau kematiandalamwaktusingkat.  Kronisartinyapengaruhdirasakansetelahwaktyang lama, akibat  penyerapan bahan kimiayangterakumulasi terusmenerus. Contoh menghirup udarabenzena,kloroform, ataukarbontetraklorida terusmenerusdapatmenyebabkansakit hati(lever). Uap timbaldapatmenyebabkan kerusakan dalamdarah.
c.       Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic yang terbakar
2.      Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di laboratorium.
3.      Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4.      Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium, titanium, kalium, dan natrium.
                  Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan harus disesuaikan dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan adalah:
1.      Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api kelas B, C, dan D.
2.      Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C
3.      Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas A, B,  dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran. Jenis dray chemical extinguisher yang digunakan adalah:
·         Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau kalium karbonat
·         Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung ammonium fosfat
4.      Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang berasal dari listrik.
5.      Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu (personal protective equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung mata.

3. Tata tertib guru dan siswa di dalam laboratorium
SEBELUM PRAKTIKUM
1.      Siswa wajib datang tepat waktu.
2.      Siswa tidak diperkenankan masuk ke ruang Laboratorium tanpa seizin guru.
3.      Siswa diperkenankan masuk ke ruang Laboratorium setelah semua peralatan siap dan dalam kondisi layak digunakan.
4.      Siswa yang terlambat kurang dari 15 menit diperkenankan memasuki Laboratorium setelah mendapat izin dari guru.
5.      Siswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan memasuki
Laboratorium (kecuali alasan tertentu).
6.      Siswa tidak diperkenankan membawa makanan/ minuman ke ruangLaboratorium,kecuali untuk praktikum.

SELAMA PRAKTIKUM
1.        Tidak diperkenankan bekerja menurut kemauan sendiri
2.        Tidak diperkenankan bersendau gurau dan mengganggu teman lain yang sedang bekerja.
3.        Dilarang mencoba-coba alat atau bahan praktikum yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4.        Dilarang mencorat-coret bangku/ ruang laboratorium.
5.        Alat-alat/ bahan praktikum harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan atau sesuai anjuran guru.
6.        Dalam melakukan praktikum, hendaknya digunakan bahan yang secukupnya.
7.        Jika dalam praktikum siswa merusakkan/ memecahkan alat, maka yang bersangkutan wajib menggantinya.
8.        Jika dalam praktikum terjadi kecelakaan (kena pecahan kaca, terbakar, tertusuk, tertelan bahan kimia) harap segera melapor kepada guru.
9.        Dilarang mencicipi/ memakan sesuatu dalam praktikum kalau guru tidak menyuruh untuk melakukannya.
10.    Bertanyalah pada guru apabila kurang paham tentang praktikum yang akan dilaksanakan.
11.    Label/ etiket bahan yang rusak/ hilang harap segera dilaporkan kepada guru.
12.    Jagalah kebersihan dan buanglah sampah pada tempatnya.
13.    Jagalah bermain-main selama praktikum berlangsung.
14.    Menggunakan alat-alat / bahan-bahan kimia diluar petunjuk praktiku tanpa izin guru pembimbing
15.    Mencoba-coba mencampurkan zat -zat kimia yang tersedia tanpa seizin guru pembimbing atau yang tidak sesuai dengan buku petunjuk praktikum
16.    Membuang sampah yang tidak larut dibak cuci sebab akan menyumbat saluran. Buanglah sampah ditempat sampah.

SETELAH PRAKTIKUM
1.    Cuci tangan setelah praktikum berakhir.
2.    Setelah selesai praktikum, alat-alat/ bahan hendaknya dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan lengkap, bersih dan siap pakai.
3.    Sebelum meninggalkan ruang Laboratorium, meja praktikum harus dalam keadaan bersih, kursi diletakkan diatas meja, kran air dan gas ditutup rapat, kontak listrik dicabut.
4.    Dilarang membawa alat-alat dan bahan laboratorium ke luar laboratorium tanpa seijin guru atau petugas.
5.    Membuat laporan sementara (data percobaan) dan di paraf oleh guru / laboran
6.    Membuat laporan lengkap seminggu setelah percobaan dan menyerahkan kepada guru pembimbing, sebelum pelaksanaan praktikum selanjutnya.

BAGI GURU
1.    Berilah penjelasan kepada siswa sehingga siswa mau menghayati tata tertib laboratorium bagi siswa .
2.    Awasilah siswa yang sedang melaksanakan kegiatan Lab.
3.    Berusahakah agar siswa penuh disiplin.
4.    Siapkanlah alat dan bahan yang akan dipakai untuk kegiatan.
5.    Berikanlah penjelasan setiap alat yang masih asing, mudah rusak, dan bahan berbahaya bagi siswa.
6.    Beritahukanlah pada siswa pengunaan alat listrik.
7.    Usahakanlah agar laboratorium tetap bersih, tertib, rapih dan nyaman untuk kegiatan.
8.    Etiket pada botol harus benar dan jelas.
9.    Berilah peringatan, petunjuk, dan larangan agar kegiatan berhasil sesuai tujuan.
10.    Alat pemadam kebakaran harus selalu siap pakai.
11.    Kotak P3 K selalu tersedia dan terawat, dan guru harus mampu menggunakan isi kotak P3K itu.
12.    Matikanlah semua lampu yang tidak digunakan, apabila akan meninggalkan Laboratorium.
13.    Guru harus mengatur suasana kegiatan dalam laboratoraium IPA dinamis, tidak gaduh, dan tertib.
14.    Usahakan agar laboratorium digunakan sesuai dengan jadwal, dan seefisien mungkin.
15.    Menuliskan catatan penting tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada buku kegiatan harian lab yang tersedia.
















DAFTARPUSTAKA
Atmawidjaja, Sudana. 1999. Keselamatan Kerja dan Penanggulangan Bahaya di Laboratorium. Bandung. LP3 ITB
Kadarohman, Asef. 2007. Management Laboratorium IPA. Makalah.Departemen Agama Indonesia.
Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI SISTEM EKSKRESI KELAS 8 IPA