RESUME PENGELOLAAN LABORATORIUM
“KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM”
DOSEN PENGAMPU :
RAHMA DANI,S.Pd.,M.Pd
NAMA: BS. DITA FITRI
NIM : A1C317054
KELAS: REG A 2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
1
Pengertian Keselamatan Kerja Laboratorium
Keselamatan dan Keamanan
Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus ,
karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas
yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat
pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium.
Laboratorium
adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen
dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus.Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi
terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya
adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran
(attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.
Keselamatan
Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan
akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu
dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg
dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.
2 Jenis
Bahaya Pada Percobaan Fisika
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan
yang dapat berpotensi menimbulkan cidera atau penyakit atau kombinasi keduanya.
Bekerja di laboratorium mengandung bahaya berupa
kecelakaan. Kecelakaan yamg sering terjadi di laboratorium berupa kebakaran,
kesakitan, kematian dan kerugian akibat kecelakaan ataupun kerusakan peralatan
laboratorium.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan
terjadinya potensi bahaya di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya
di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga
kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam
rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum,
potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai
faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang
berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan
itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang
berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses
produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.
A. Jenis-jenis Bahaya dalam
Laboratorium
Menurut Nuryani R (2005 : 142)
jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah ;
a.
Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia
yang mudah terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol,
etil eter, dll.
b.
Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari
bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
c.
Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen,
timbal, dll.
d.
Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran
pernapasan dan juga pada mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan
korosif.
e.
Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam,
kayu dll
f.
Sengatan listrik.
B. Beberapa
sumber bahaya dalam percobaan fisika di laboratorium dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan
kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang
harus diperhatikan antara lain:
1.
Pemakaian safety
switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi
limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
2.
Improvisasi terhadap
peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan.
3.
Penggunaan peralatan yang
sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan
kerja.
4.
Berhati-hati dengan air.
Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh
atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung
berinteraksi dengan peralatan listrik.
5.
Berhati-hati dalam
membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidakmembahayakan penguna yang
lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah
direparasi.
6.
Pertimbangan bahwa bahan
kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai pengaman arus
listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen
listrik.
7.
Perhatikan instalasi
listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari
asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
8.
Pengoperasian suhu dari
peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik.
Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak.
Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik
digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50
ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan
isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC,
sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.
b.
Keracunan
Keracunanakibatpenyerapanzatkimiaberacun(toxic)baikmelaluioralmaupunkulit. Keracunandapatbersifatakutataukronis.Akutartinyadapatmemberikanakibatyang
dapatdilihatataudirasakandalamwaktusingkat.Misalnya,keracunanfenol dapat menyebabkan
diaredan keracunan
karbon
monoksidadapatmenyebabkan
pingsan
atau kematiandalamwaktusingkat. Kronisartinyapengaruhdirasakansetelahwaktu
yang lama,
akibat
penyerapan bahan kimiayangterakumulasi terusmenerus.
Contoh menghirup
udarabenzena,kloroform, ataukarbontetraklorida terusmenerusdapatmenyebabkansakit hati(lever).
Uap
timbaldapatmenyebabkan kerusakan dalamdarah.
c.
Api
Hampir semua laboratorium atau industri
menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses
pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering
digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah
terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol,
etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para
pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat
dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan
penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya
tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari
senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah
meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa
yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga
merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang
mudah terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu
bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire
Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari
kertas, kayu, atau plastic yang terbakar
2.
Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat
mudah terbakar dan mudah menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum
yang digunakan di laboratorium.
3.
Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan
listrik
4.
Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah
menyala seperti magnesium, titanium, kalium, dan natrium.
Jika terjadi
kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan
harus disesuaikan dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam
kebakaran yang dapat digunakan adalah:
1.
Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas
A, tetapi tidak cocok untuk api kelas B, C, dan D.
2.
Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk
api kelas A dan C
3.
Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat
berguna untuk api kelas A, B, dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk
semua jenis kebakaran. Jenis dray chemical extinguisher yang
digunakan adalah:
·
Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan
mengandung natrium atau kalium karbonat
·
Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang
digunakan mengandung ammonium fosfat
4.
Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi
api kelas B dan C pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih baik
dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat berbahaya sesudahnya.
Paling baik digunakan untuk api yang berasal dari listrik.
5.
Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan
pelindung individu (personal protective equipment) yang umumnya harus digunakan
adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung
mata.
3. Tata tertib guru dan
siswa di dalam laboratorium
SEBELUM PRAKTIKUM
1.
Siswa wajib datang tepat
waktu.
2.
Siswa tidak diperkenankan
masuk ke ruang Laboratorium tanpa seizin guru.
3.
Siswa diperkenankan masuk
ke ruang Laboratorium setelah semua peralatan siap dan dalam kondisi layak
digunakan.
4.
Siswa yang terlambat kurang
dari 15 menit diperkenankan memasuki Laboratorium setelah mendapat izin dari
guru.
5.
Siswa yang terlambat lebih
dari 15 menit tidak diperkenankan memasuki
Laboratorium (kecuali alasan tertentu).
6.
Siswa tidak diperkenankan
membawa makanan/ minuman ke ruangLaboratorium,kecuali untuk praktikum.
SELAMA PRAKTIKUM
1.
Tidak diperkenankan bekerja
menurut kemauan sendiri
2.
Tidak diperkenankan
bersendau gurau dan mengganggu teman lain yang sedang bekerja.
3.
Dilarang mencoba-coba alat atau bahan praktikum yang membahayakan diri sendiri
atau orang lain.
4.
Dilarang mencorat-coret
bangku/ ruang laboratorium.
5.
Alat-alat/ bahan praktikum harus
digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan atau sesuai anjuran guru.
6.
Dalam melakukan praktikum,
hendaknya digunakan bahan yang secukupnya.
7.
Jika dalam praktikum siswa
merusakkan/ memecahkan alat, maka yang bersangkutan wajib menggantinya.
8.
Jika dalam praktikum
terjadi kecelakaan (kena pecahan kaca, terbakar, tertusuk, tertelan bahan
kimia) harap segera melapor kepada guru.
9.
Dilarang mencicipi/ memakan
sesuatu dalam praktikum kalau guru tidak menyuruh untuk melakukannya.
10.
Bertanyalah pada guru
apabila kurang paham tentang praktikum yang akan dilaksanakan.
11.
Label/ etiket bahan yang
rusak/ hilang harap segera dilaporkan kepada guru.
12.
Jagalah kebersihan dan
buanglah sampah pada tempatnya.
13.
Jagalah bermain-main selama
praktikum berlangsung.
14.
Menggunakan alat-alat /
bahan-bahan kimia diluar petunjuk praktiku tanpa izin guru pembimbing
15.
Mencoba-coba mencampurkan
zat -zat kimia yang tersedia tanpa seizin guru pembimbing atau yang tidak
sesuai dengan buku petunjuk praktikum
16.
Membuang sampah yang tidak
larut dibak cuci sebab akan menyumbat saluran. Buanglah sampah ditempat sampah.
SETELAH PRAKTIKUM
1.
Cuci tangan setelah
praktikum berakhir.
2.
Setelah selesai praktikum,
alat-alat/ bahan hendaknya dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan lengkap,
bersih dan siap pakai.
3.
Sebelum meninggalkan ruang
Laboratorium, meja praktikum harus dalam keadaan bersih, kursi diletakkan
diatas meja, kran air dan gas ditutup rapat, kontak listrik dicabut.
4.
Dilarang membawa alat-alat
dan bahan laboratorium ke luar laboratorium tanpa seijin guru atau petugas.
5.
Membuat laporan sementara
(data percobaan) dan di paraf oleh guru / laboran
6.
Membuat laporan lengkap
seminggu setelah percobaan dan menyerahkan kepada guru pembimbing, sebelum
pelaksanaan praktikum selanjutnya.
BAGI GURU
1.
Berilah penjelasan kepada
siswa sehingga siswa mau menghayati tata tertib laboratorium bagi siswa .
2.
Awasilah siswa yang sedang
melaksanakan kegiatan Lab.
3.
Berusahakah agar siswa
penuh disiplin.
4.
Siapkanlah alat dan bahan
yang akan dipakai untuk kegiatan.
5.
Berikanlah penjelasan
setiap alat yang masih asing, mudah rusak, dan bahan berbahaya bagi siswa.
6.
Beritahukanlah pada siswa
pengunaan alat listrik.
7.
Usahakanlah agar
laboratorium tetap bersih, tertib, rapih dan nyaman untuk kegiatan.
8.
Etiket pada botol harus
benar dan jelas.
9.
Berilah peringatan,
petunjuk, dan larangan agar kegiatan berhasil sesuai tujuan.
10.
Alat pemadam kebakaran
harus selalu siap pakai.
11.
Kotak P3 K selalu tersedia
dan terawat, dan guru harus mampu menggunakan isi kotak P3K itu.
12.
Matikanlah semua lampu yang
tidak digunakan, apabila akan meninggalkan Laboratorium.
13.
Guru harus mengatur suasana
kegiatan dalam laboratoraium IPA dinamis, tidak gaduh, dan tertib.
14.
Usahakan agar laboratorium
digunakan sesuai dengan jadwal, dan seefisien mungkin.
15.
Menuliskan catatan penting tentang
kegiatan yang sudah dilaksanakan pada buku kegiatan harian lab yang tersedia.
DAFTARPUSTAKA
Atmawidjaja, Sudana. 1999. Keselamatan
Kerja dan Penanggulangan Bahaya di Laboratorium. Bandung. LP3 ITB
Kadarohman, Asef. 2007. Management
Laboratorium IPA. Makalah.Departemen Agama Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar